Stigma terhadap gangguan mental masih menjadi masalah serius di masyarakat kita. Banyak orang masih menganggap bahwa gangguan mental adalah sesuatu yang memalukan atau bahkan dianggap sebagai kelemahan. Hal ini membuat banyak orang yang mengalami gangguan mental merasa malu untuk mencari bantuan atau bahkan mengakui bahwa mereka sedang mengalami masalah.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, sekitar 19,5% penduduk Indonesia mengalami gangguan mental. Namun, angka ini mungkin sebenarnya lebih tinggi karena banyak orang yang tidak mau mengakui bahwa mereka mengalami gangguan mental karena takut akan stigma yang ada di masyarakat.
Salah satu cara untuk mengatasi stigma terhadap gangguan mental di masyarakat adalah dengan memberikan pemahaman yang benar tentang gangguan mental. Dr. Nova Riyanti Yusuf, seorang psikiater dari RSUD Tarakan Jakarta, mengatakan bahwa “Gangguan mental bukanlah sesuatu yang memalukan atau kelemahan, melainkan sebuah penyakit yang bisa diobati seperti penyakit fisik lainnya.”
Selain itu, penting juga untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya dukungan dan empati terhadap orang yang mengalami gangguan mental. Menurut Dr. Laksmi Widayati, seorang psikolog klinis, “Dukungan dan empati dari orang-orang terdekat sangat penting dalam proses pemulihan seseorang yang mengalami gangguan mental.”
Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga menekankan pentingnya mengatasi stigma terhadap gangguan mental. Mereka menyatakan bahwa stigma dapat menjadi hambatan dalam proses pemulihan seseorang yang mengalami gangguan mental.
Dengan memberikan pemahaman yang benar, dukungan dan empati kepada orang yang mengalami gangguan mental, kita dapat bersama-sama mengatasi stigma yang masih ada di masyarakat kita. Mari bersama-sama menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap kesehatan mental.